Image generated by TextSpace.net, hosted on ImageShack.us

Kamis, 21 Februari 2013


Hai teman-teman..
Nggak terasa kita semakin dewasa dan jarak antara kita semakin jauh, sekarang kita jarang sekali melakukan aktifitas seperti dulu :’( dimana kita semua berkumpul dan pergi bersama-sama. Semakin banyak  waktu yang kita lalui semakin banyak hal-hal berharga yang tersimpan didalam otak kita. Hai teman sekarang aku duduk di sebuah SMA di Selong, anak-anaknya baik-baik sama sepeti SMP dulu :D. Tapi gays walaupun kita memang punya teman baru, jangan lupakan teman lama yaa.. walaupun begitu dia juga pernah membuat hidup kita lebih berarti :D . dibawah ini ada beberapa fotonya lo.. oiya nama kelas kami “EXPOSS” artinya “EXtraordinary People Of Sepuluh Satu” mottonya “SIMPLE OUTSIDE BUT ORDINARY INSIDE…




Kalo foto yang dibawah ini, diambil dari bangku ku loo.. Deretan nomor tiga dibelakang DYAN dan MING. Buku yang tebal itu modul sejarah lombok kami, gimana tebal kan???




 BY : Wiwik :D

Nahhh… ini dia beberapa foto anak-anak EXPOSS… main apaan itu? Main batu?, wkwkwkwk dak ada laloq. Yang main itu namanya Habib sama Rita :D


 ckckckckckckck,,,, yang ini mah sama-sama laki-laki kok main batu? mungut darimana pak?



Setelah itu, mari kita beranjak ke tempat musikalisasi puisi. tugas ini di kasi sama Pak Tamrin jadi nilai semester, kami memilih rumbuk untuk tempat panggungnya soalnya temanya itu CINTA LINGKUNGAN. Rumbuk adalah sebuah desa di Lombok Timur yang masih memiliki udara yang segar. MAKIN CINTA INDONESIA :D. Baju yang kami pakai itu baju tradisional khas Lombok, tapi jadi yang aktor sama aktrisnya aja. Aku disana jadi orang yang mainin suling loo… :D. Tu liat tu, pohonnya besarkan? diatas sana kuburan loo, pertama-tama ngeliat kami si maunya musikal disana, tapi Musfi ngasi tau kalo disana kuburan... iiiiii pantes aja ya subur banget :D
BY : Wiwik

Foto yang ini, foto pas mau turun hujan, saat musikal juga kami semua udah sempat kehujanan, dingggiinn banget. Liat tu awannya tebalkan?

 
BY : Wiwik :D



 jadi disinilah, kami sepakatin buat stage nya. Yang pakai baju kebaya itu jadi aktor dan aktris, yang pakai baju hitam jadi penari, yang pakai baju putih hitam jadi anggota paduan suara. Dan yang pakai baju biru (baju kelas kami) sama celana putih jadi pemain suling, dan itulah peranku.. :D sebelumnya aku jadi aktris, tapi gara-gara menurutku kurang bisa akting jadi tukeran deh sama Rita.
BY : Wiwik :D

Okayy dahh.... sekian dulu yaa postingan ku hari ini, sekarang jam dua aku mau kerja kelompok di kosnya Yuspi :D. Salam kangen teman-teman :D

Minggu, 02 September 2012

KETIDURAN DI KELAS

Sekitar lima tahun yang lalu,,,,,

Guru memberikan tugas matematika kepada kelas kami. Bel berbunyi, pak guru menyuruh kami agar melanjutkannya di rumah dan besok harus di kumpulkan. Sepulangku dari sekolah, bapak membelikan sepeda berwarna pink. Aku sangat senang dan memakai sepeda itu berjalan-jalan bersama teman-temanku sampai lupa tugas yang diberikan pak guru tadi siang.

Aku baru mengingatnya saat jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Aku mengerjakannya dengan menahan rasa kantuk. Beberapa lama kemudian dua puluh soal matematika itu sudah ku selesaikan. Aku melihat jam, ternyata sudah tengah malam. Akupun tertidur dengan nyenyaknya, tanpa ada mimpi yang melekat dipikiranku.

Mama membangnkanku untuk sholat dan mempersiapkan diri ke sekolah. Hari itu aku berangkat lumayan pagi, karena hari itu aku piket. Sesampai ku di sekolah, temanku menyuruh ku menyapu kelas bagian depan, tiba-tiba Hany, teman sesama piketku mengenakan penghapus papan tuliss ke lengan baju ku sehingga baju lengan kiri ku berwarna hitam persegi panjang. Aku lalu menyucinya ke kamar mandi, tapi malah membuatnya tambah kotor. Tak berapa lama kemudian salah satau teman ku datang dan berkata "Pakai ini, noda hilang dalam satu kali kucek" sambil memperlihatkan gambar detergen yang baru saja dibuat. Teman ku ini memang suka promosi karena cita-citanya ingin menjadi pedagang yang sukses seperti orang tuanya. 

Bel berbunyi. Aku menahan tawa sambil menuju ke kelas. Sekarang saatnya jam pelajaran matematika, pak guru sudah datang dan memeriksa pr kami. Setelah selesai memeriksa, pak guru mengajarkan materi baru. Beberapa menit kemudian mataku terasa berat, aku  tidak bisa menahan kantukku dan akhirnya akupun tertidur.

Baru saja aku tertidur tiba-tiba pak guru menepuk pundakku dan menyuruhku mengerjakan soal nomor dua. Aku kaget karena dari tadi aku tidak pernah memperhatikan saat pak guru sedang mengajar. Aku maju kedepan dengan menjawab jawaban yang salah. kemudian pak guru menyuruhku mengangkat satu kaki sambil memegang kedua tangan ku di depan kelas sampai jam pelajarannya usai. Teman-temanku menertawakanku.

Akhirnya setelah beberapa menit jam pelajaran pak guru telah usai . Aku kembali ketempat duduk ku dengan rasa kaki dan tangan yang pegal. Setelah jam dua belas siang, semua jam pelajaran telah usai , aku pulang ke rumah dngan rasa bersalah kepada pak guru. Aku berjanji agar tidak mengerjakan pr terlalu larut malam.

BAD EXPERIENCE

I thing my first memories began when I was ten years old. I live in small village, I remembered there was a big lake. I and my friends very like fished at there because in the lake is pleaty of fish.

One day, my friends invited me to fished at there. I am very happy then I took my fishing rod and went there. after arrived, my friends searched a worm, I haven't help him because I am afraid of worm. After they found a worm, my friends put it inside me and linked a worm in my fishing rod, so I just threw it into the lake. After thirthy minutes, Iam very sleepy, then I put my hand inside me. I forgot there was a worm. Iam very shocked when I saw my hand full of worm. Because of that I fell in the lake. My friends laughed me then help me up.

Because of that incident, I never fished again. :D

PR BAHASA INGGRIS

Kamis, 05 Juli 2012

Masuk SMA 1 Selong

Alhamdulillah, saya lulus diterima menjadi calon siswi di SMA 1 Selong. Walaupun nilai tesnya nggak seberapa, yang penting banyak banget SMP 1 Selong yang diterima. Tapi saat mos, sedikit dari teman teman yang saya kenal, jadi yaaa harus kenalan, ternyata baru beberapa hari kenalan sama teman teman yang baru, sangat mengasikkan, walaupun harus harus beda gugus sama luluk, ikha, beqi dan mely. tetapi yeee setiap ke mushola saya bertemu dengan mereka, waupun dari kejauhan saya tidak dapt melihat dengan jelas,tetapi udah tau gimana dia haha maklum 3 tahun samaan SMP. 

Minggu, 17 Juni 2012

Some of Tumblr








Member Of 6 Clouds

Hehehe ini foto saya, maklum orangnya pemalu jadi….wkwkwkwk (dak punya foto yang sendiri)



Ini dia mbak uyiq yang seneng banget acting depan kamera (kayak artis aja yaa)



Kalo ini namanya Ikha ya.. ikha suka foto juga, fotonya narsis narsis beuds



Nah yang ini namanya Mely, dia sulit untuk difoto, yang ini mungkin salah satu foto yang aku punya



Hahaha ini Lulu’ si rja narsis, tapi narsisnya yahh kadang kadang dateng 



Ini namanya Beqii dia juga narsis abizz, fotonya buanyak bangett di aku








Sabtu, 09 Juni 2012

Bunga Buat Mama



Aku adalah teman terdekat Citra, namaku Andri. Citra adalah teman terbaik ku. Dia terkenal sebagai anak yang selalu ceria dan juga suka jailin orang. Dimarahin guru adalah hal yang biasa baginya, maklum nilainya selalu dibawah standar. Tetapi hari ini Citra tak seperti biasanya yang selalu jailin temannya dengan berbagai cara. Waktu itu pelajaran Bahasa Indonesia lagi kosong, aku melihat Citra duduk sambil merenung dibangku sekolah yang mulai agak goyang itu. Aku pun menghampirinya dan duduk disampingnya.
“Cit, loe kenapa...kok gak jailin orang lagi?” tanya ku sambil menatap matanya.
“Gak ada kok” jawabnya singkat.
“Ah..gak mungkin, kamu pasti ada masalah, certain aja ke aku, siapa tau bisa bantu” kata ku sambil meyakinkan. Citra menatapku sebentar dan kembali menunduk.
“Sebenarnya, aku mikirin perasaan Mama sama Papa” kata Citra dengan lemah. Matanya mulai berkaca-kaca, kemudian kutepuk pundaknya pelan dan aku bertanya lagi.
“Emang, Mama sama Papa kamu kenapa?”
“Aku gak pernah buat mereka bahagia, aku gak pernah mikirin gimana capeknya mereka cari uang buat bayar SPP aku” Citra menghela napas panjang, kulihat air matanya mulai jatuh dari pipinya. Ku kira dia bersungguh-sungguh buat bahagiain orang tuanya, bukan untuk jailin aku lagi.
“Jika kamu ingin bahagiain orang tua kamu, kamu harus lakuin yang terbaik walaupun itu gak sebesar yang mereka harapin, belajar yang rajin udah buat mereka senang, walaupun gak dapet rangking”
“Mulai sekarang kamu harus berusaha agar terbiasa belajar, memang memulai lebih sulit daripada menjalani , tapi kalo udah terbiasa semua pasti terasa mudah kok” sambungku lagi.
                Citra kemudian menghapus air matanya dan bersikap seperti biasanya agar teman-teman yang lain tidak curiga, kalau ketahuan Citra menangis, pasti Citra diledekin abi-abisan. Tak beberapa lama bel pulang sudah bordering, seisi kelas kami sibuk membereskan buku dan alat tulis yang mereka bawa, karena kalau gak dibawa pulang, pasti besok mungkin sudah hilang. Tak terkecuali Citra, hari ini kulihat dia ingin pulang lebih awal, gak nongkrong disekolah satu jam seperti biasanya.
“Dri, aku pulang duluan ya...” ujarnya sambil melambaikan tangan.
“Okeh, jangan lupa besok ada ulangan” aku mengingatkan.
“Sips deh....” jawabnya.
                Sepanjang perjalanan aku selalu kepikiran Citra, “apa besok Citra bisa melakukan perubahan itu dalam waktu singkat ya...?” tanya ku sendiri dalam hati. Memang sulit menghilangkan kebiasaan buruk, tetapi menjalaninya lebih mudah, jika Citra berubah besok itu miracle.
                Keesokan paginya dan untuk pertama kalinya Citra nggak terlambat, kulihat diatas meja bukunya berantakan, tetapi disana nggak ada Citra. “Rani, Citra kemana ya...?” tanyaku kepada Rani, karena Rani terkenal sebagai anak yang rajin datang awal. “Aku nggak tau, waktu aku datang Citra memang sudah nggak ada disini” jawabnya sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Wah, berarti Citra datang lebih awal dari Si Anak Rajin” ujarku dalam hati. Aku lalu menaruh tas dan langsung mencari Citra. Ternyata dugaan ku benar, aku menemui Citra belajar di taman belakang yang sepi itu.
“Eh..Citra kok tumben” aku mengagetkannya..
“Nih, lagi lanjutin belajar IPA, kamu udah belajar?” tanyanya balik.
“Ku kira kalo pelajaran IPA aku nggak perlu belajar, nyontek aja sekarang,  kamu nggak ikutan nyontek?”
“Kayaknya untuk kali ini nggak deh, kan elo yang ngajarin gue belajar, kok elo yang nyontek sih?”
“Hehehe...” aku tertawa kecil.
“o ya kok kamu belajar disini, kan disini sepi?” tanyaku sambil menggaruk-garuk kepala bingung.
“Biasa...belajar sambil refreshing otak, di kelas mah panas, disini baru adem plus pelajaran lebih mudah masuk” jawabnya.
“O ya Dri, tips kamu emang bener, memulai kabiasaan buruk emang lebih mudah daripada memulai kebiasaan baik. Kamu dapet tips darimana si?” Citra melanjutkan.
“Guru SD aku yang bilang begitu, keren khan?”
“Keren banget” Citra memperlihatkan jempolnya kepadaku.
                Tet..tet..te..bel tanda masuk kelas sudah berdering, aku kemudian mengajak Citra kembali ke kelas karena Bu Eni, guru IPA kami selalu datang lebih awal dari guru-guru yang lain. Setelah sampai kelas, Citra kembali melanjutkan bacaannya. Tentu saja itu mencuri perhatian seisi kelas.
“Eh Citra, kok tumben loe belajar, kan loe alergi baca buku?” kata seseorang dari bangku belakang. Seisi kelas tentu saja tertawa. Melihat Citra tetap diam aku menjawab pertanyaannya.
“Loe tau nggak, alergi Citra itu udah berenti, sekarang nularnya ke elo”. Seisi kelas bertambah ricuh tak terkendali. Tiada dari kami yang menyadari Bu Eni sudah berada di depan kelas.
“Stop...!” teriaknya dengan sekuat tenaga. “kalian emang benar-benar gak punya sopan santun, apa kalian tidak malu dengan kelas lain ha...?” Bu Eni melotot. “Baik, kalau ini yang kalian mau, hari ini kita tidak jadi ulangan, saya akan kembali keruang guru” Bu Eni mengancam.
“Horeee...nggak jadi ulangan” tetapi murid-murid tambah suka.
“Kalian sudah buat darah saya naik, baik sekarang kita ulangan, soalnya bertambah jadi dua puluh soal essay” Bu Eni menggelengkan kepala. Saat Bu Eni menghadap keluar jendela, salah seorang dari bangku belakang berkata. “Yah ibu, mendingan ibu marah aja deh, kan kalo marah kami semua nggak jadi ulangan”.
“Siapa yang bilang begitu, sekarang maju kedepan, kalian memang suka ngelawan dari belakang saya aja ya..., sekarang keluarkan empat lembar robekan, saya akan membacakan soalnya. Kami semua pun merobek empat lembar kertas, dan berniat akan nyontek masal dengan cara membuat Bu Eni mengantuk, memang Bu Eni terkenal suka mengantuk saat memberikan ulangan kepaa anak muridnya, sehingga dia heran walaupun anak muridnya nakal-nakal tetapi selalu mendapat nilai seratus ulangan di pelajarannya.
                Setelah Bu Eni selesai membacakan soal, dan karena kami semua berpura-pura diam sambil menunggu Bu Eni mengantuk. Dan benar, beberapa menit berlalu Bu Eni mengantuk. Kami semua pun segera mengeluarkan buku catatan IPA dan menulis dengan lengkap, padat, dan jelas. Kecuali Citra dia mencoba seberapa kemampuannya untuk menjawab soal-soal dari Bu Eni. Bu Eni emang guru yang teliti dalam memeriksa hasil ulangan, salah sedikit saja disalahin.
                Mendengar suara bel, Bu Eni terbangun dari tidurnya. “Kalian sudah jadi?” tanyanya. “Sudah Bu...” jawab kami serempak. “Sekarang ketua kelas kumpulkan semua jawaban itu” perintah Bu Eni.
                Setelah jam pelajaran IPA habis, Citra rasanya tidak sabar ingin menerima hasil ulangannya. Padahal jika ulangan IPA, pasti hasil ulangan kami langsung dibagikan saat keluar main. Saat bel keluar main berdering Bu Eni kembali memanggil ketua kelas agar mengambil hasil ulangan kami diatas mejanya. Ketika Citra menerima hasil ulangan itu, dia tidak langsung membukanya, dia berdoa agar kali ini tidak remidi hasil pikirannya sendiri . Dan ternyata benar, nilainya hampir sempurna yaitu Sembilan koma Sembilan. Dia langsung memberi tahu aku kalau dia tidak remidi hasil pikirannya sendiri.
“Dri, liat dong nilai IPA ku, aku nggak remidi loe” Citra tersenyum-senyum.
“Baguslah, berarti tips gue berhasil, tapi mana traktirannya”
“Ya deh gue tau, kantin yuk” Citra mengajakku.
                Perutku kekenyangan, maklum Citra nyuruh aku ngambil apa aja yang aku mau, tapi aku tentu aja nggak terlalu enak sama dia jika yang kupilih jajan yang mahal-mahal, jadi jajan yang sedang aja udah cukup. Besok adalah hari minggu, Citra mengajakku membelikan mamanya bunga, karena besok ulang tahun Mamanya.
“Dri, besok loe ada waktu nggak?” tanyanya.
“Ada, emangnya kenapa?”
“Bisa nggak besok anter gue beli bunga?”
“Bisa, tapi beliin bunga untuk siapa?”
“Mamaku besok ulang tahun, kita beli bunganya pake’ sepeda aja ya?, sambilan jalan-jalan, aku butuh refreshing otak nih.., kamu mau nggak?” pinta Citra dengan wajah memohon.
“Ya deh, besok aku jemput pagi-pagi ya...”
                Keesokan paginya, sekitar jam delapan. Ternyata Citra sudah siap lebih pagi dari aku.
“Katanya mau jemput pagian, kok malah jam seginian?”
“Sori Cit, soalnya tadi aku ketiduran, ya udah jalan yuk nanti tambah siang”
                Sebelum kami jalan, aku memperingati Citra agar berhati-hati saat dijalanan, karena sekarang udah masuk jam kerja. Citra mengangguk saja tak mengerti. Setelah diperjalanan menuju penjual bunga, entah mengapa hatiku agak-agak bimbang melihat Citra sendirian memakai sepedanya. Dan pada saat sampai dipenjual bunga, Citra membeli bunga warna putih bukan warna merah kesukaan mamanya.
“Cit, hati-hati dijalan ya...?” aku memperingati sekali lagi.
“kamu apa-apaan sih, emangnya kenapa?”
“Nggak apa-apa kok, Cuma bilang hati-hati aja, ya udah pulang yuk”
                Dari belakang aku selalu memperhatikan Citra, kegelisahan ku memuncak saat diperempatan itu, hatiku tak beraturan seperti ada hal yang akan terjadi kapada Citra. Dan dugaanku benar, baru saja Citra menyeberangi perempatan, tiba-tiba saja ada seseorang memakai sepeda motor hamper menabrak Citra. Karena kehilangan keseimbangan dan Citra melaju dengan cepat, Citra menabrak truk yang sedang melaju didepannya. Tentu saja tewas seketika, pada saat kejadian tiba-tiba saja air mataku mengalir deras tanpa disuruh. Kejadian itu membuatku pingsan dan entah tak tahu gimana dengan Citra.
                Saat terbangun aku tak sadar kalau aku sudah berada dirumah. Aku berusaha mengingat apa yang sedang terjadi tadi. Setelah aku ingat, aku langsung menuju rumah Citra tanpa basa-basi. Didepan rumah Citra aku sudah melihat banyak karangan bunga yang bertuliskan “Turut Berduka Cita”. Tentu saja aku tidak percaya, apakah ini adalah mimpi yang ku mimpikan dalam sebuah mimpi?. Satu persatu kulangkahkan kaki ku dan semakin terdengar jelas suara orang yang sedang membaca yasinan.
                Setelah aku semakin dekat dengan suara itu, dan menuju ke tempat yang membuat hatiku semakin sakit, yaitu saat melihat Citra terbungkus kain kafan putih yang terus mengeluarkan darah dari tubuhnya. Disudut ruangan itu aku terpaku  tak bisa berkata apa-apa lagi selain menangis dan menahan sakit.
                Beberapa lama setelah orang-orang selesai mendoakan Citra, kemudian Citra akan secepatnya dimakamkan karena melihat kondisinya sekarang. Aku tidak sadar kapan Citra dibawa, karena saat itu pikiranku masih sangat kacau.
                Keesokan harinya, bangku disebelahku terasa sepi sekali, walaupun banyak yang berada disekitarku. Seketika aku baru menyadari kalau kemarin ulang tahun Mamanya Citra. Citra belum sempat memberikan bunga itu kepada Mamanya. Aku pun berlari ranpa memperdulikan guru-guru disekitarku. Aku berlari ketempat kejadian dimana Citra ditabrak kemarin. Aku menemukan setangkai bunga mawar putih yang masih berada tepat dimana Citra ditabrak.
“Mengapa harus ada pertemuan dan perpisahan, mengapa harus ada tawa dan duka, aku nyesel banget Cit udah ketemu kamu, aku nggak nyangka kamu ninggalin aku secepat ini, aku nyesel banget udah sahabatan sama kamu Cit!” aku tidak menghiraukan orang banyak yang melihatku, aku tidak sadar berkata seperti itu, rasanya seperti terhipnotis.
                Aku kemudian berjalan kerumah Citra untuk memberikan bunga itu kepada Mamanya. Kulihat Mama Citra berada didepan gerbang. Tanpa berkata-kata apa-apa lagi aku mengulurkan tanganku memberikan bunga itu kepada Mama Citra. Mama Citra sudah mengerti maksudku, karena dibunga yang sudah layu itu masih ada sedikit bekas darah. Kulihat matanya sudah berkaca-kaca. Aku meninggalkannya tanpa berpamitan. Dengan langkah tertatih-tatih aku kembali menangis dan berkata “Bunga itu udah gue kasiin mama loe, moga aja loe akan tenang disana, Cit”.